Perbezaan Awal Puasa

 

From: Mohammad Taufiq
Date: 2009/8/22
Subject: Perbedaan awal puasa
To: ebacaan114@gmail.com


Salam,
sudah jadi langganan bagi umat Nabi Muhammad dapati perbedaan di dalam tentukan awal puasa Ramadhan. Meski tidak pernah jadi masalah besar, tetap saja saya tergerak untuk mencari tahu, bagaimana sebenarnya puasa itu, apa yang bisa digali dari kitab Al Quran?.

Saya mulai dengan membaca semua ayat-ayat yang berhubungan dengan Puasa. Thanks kepada programmer Al Quran digital, sehingga mudah untuk meng-index Al Quran berdasarkan topik.

Saya akhirnya menemukan bahwa rangkaian ayat puasa beriringan dengan haji di dalam surah Lembu (Al Baqarah) ayat 2:183 hingga 2:203

Saya memfokuskan diri untuk meneliti ayat 2:203 yang dalam tafsiran Depag RI-nya berbunyi sebagai berikut :

2:203. Dan berdzikirlah (dengan menyebut) Allah dalam beberapa hari yang berbilang. Barangsiapa yang ingin cepat berangkat (dari Mina) sesudah dua hari, maka tiada dosa baginya. Dan barangsiapa yang ingin tangguhkan (keberangkatannya dari dua hari itu), maka tidak ada dosa pula baginya, bagi orang takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, dan ketahuilah, bahwa kamu akan dikumpulkan kepada-Nya.

Ayat ini buat saya bertanya-tanya...apa penjelasan lebih lanjut dari "cepat-cepat berangkat dari Mina" dalam dua hari. Saya coba mencari di beberapa buku tafsir Al Quran tapi sayangnya tidak ada penjelasan yang memuaskan.

Nampaknya tafsiran ini adalah ijtihad dari para ahli tafsir yang menghubungkan ayat ini dengan ritual haji.

Oleh karenanya, saya mencoba melihat kemungkinan lain.

Berikut saya kutipkan beberapa terjemahan ayat 2:203 diambil dari berbagai ahli terjemahan:

Alquran-english.com

2:203
ABDLH.YUSUF ALI: Celebrate the praises of Allah during the Appointed Days. But if any one hastens to leave in two days, there is no blame on him, and if any one stays on, there is no blame on him, if his aim is to do right. Then fear Allah, and know that ye will surely be gathered unto Him.

MUHD M.W.PICKTHALL: Remember Allah through the appointed days. Then whoso hasteneth (his departure) by two days, it is no sin for him, and whoso delayeth, it is no sin for him; that is for him who wardeth off (evil). Be careful of your duty to Allah, and know that unto Him ye will be gathered.

M.H.SHAKIR: And laud Allah during the numbered days; then whoever hastens off in two days, there is no blame on him, and whoever remains behind, there is no blame on him, (this is) for him who guards (against evil), and be careful (of your duty) to Allah, and know that you shall be gathered together to Him.

Yusuf Ali, menempatkan kata-kata leave (berangkat) di dalam terjemahannya sebagai bagian dari ayat. Kita lihat Pickthall, menempatkan kata departure (berangkat) berada di dalam kurung. Ini berarti Picthall menempatkan kata berangkat sebagai tafsiran, karena berada di dalam kurung, dan bukan bagian dari ayat. Sementara Shakir, sama sekali tidak menempatkan kata leave maupun departure didalam terjemahannya.

Sekarang kita liat bagaimana jika ayat 2:203 diterjemahkan kata-per kata dari bahasa arab ke bahas indonesia, tanpa tafsiran sama sekali:

2:203. Dan ingatlah akan Allah selama hari-hari tertentu yang terhitung. Jika barang siapa bercepat-cepat dalam dua hari, itu tidaklah berdosa baginya; dan jika barang siapa melambatkannya, ia bukanlah satu dosa padanya, jika dia bertakwa. Dan kamu takutlah kepada Allah, dan ketahuilah bahwa kepada-Nya kamu akan dikumpulkan.

Ayat di atas dikutip dari terjemahan kata per kata dari situs
e-bacaan.com.

Sekarang apa hubungannya ayat tersebut dengan judul notes ini?

Mari kita perhatikan kalimat pertama dalam ayat tersebut, 2:203. Dan ingatlah akan Allah selama hari-hari tertentu yang terhitung. Fokusnya adalah hari-hari yang terhitung, yang dalam bahasa arab disebut ayyamin ma'dudatin.

Bandingkan dengan ayat berikut :

2:183. Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,

2:184. (yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka barangsiapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) bayar fidyah, (yaitu): memberi makan seorang miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan hati kerjakan kebajikan, maka itulah yang lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu tahu.

Ayat 2:184 berada dalam konteks yang sama dengan 2:183, yakni berbicara mengenai puasa. Dan dapat kita lihat di awal ayat 2:184, bahwa penjelasan tentang waktu puasa menggunakan kata "beberapa hari yang tertentu" yang kalau dibaca dalam bahasa arab adalah juga ayyaman ma'dudatin . Kata yang sama yang digunakan oleh 2:203.

Melihat konsistensi penggunaan kata-kata di dalam Al Quran, saya meyakini bahwa 2:203 tidak sedang berbicara dalam konteks ritual haji, tetapi sedang menjelaskan sebuah toleransi di dalam berpuasa.

Toleransi apakah itu??

Mari kita lihat ayat berikut:

2:189. Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah: "Bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan haji; Dan bukanlah kebajikan masukrumah-rumah dari belakangnya, akan tetapi kebajikan itu ialah kebajikan orang takwa. Dan masuklah ke rumah-rumah itu dari pintu-pintunya; dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung.

Allah tetapkan bahwa bulan sabit (hilal) sebagai tanda bagi manusia, dimana ayat 2:189 ini merupakan rangkaian ayat yang berbicara mengenai puasa dan haji, sejak dari 2:183 hingg 2:203.

Allah Maha Tahu dan Maha Adil.

Allah tahu, bahwa manusia dengan tingkatan teknologi mana pun, di zaman apa pun akan sering berselisih di dalam menetapkan munculnya hilal atau bulan sabit muda sebagai pertanda awal puasa.

Entah orang itu hidup di jaman nabi Muhammad hingga jaman sekarang ini, perbedaan itu tetap saja ada.

Saya menganggap ini bukan satu hal yang memalukan, akan tetapi saya bangga akan al Quran yang telah mengantispasi kejadian ini dengan ayat 2:203, dan saya sangat berterima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang beri toleransi yang begitu sejuk dalam memahami puasa.

2:203. Dan ingatlah akan Allah selama hari-hari tertentu yang terhitung. Jika barang siapa bercepat-cepat dalam dua hari, itu tidaklah berdosa baginya; dan jika barang siapa melambatkannya, ia bukanlah satu dosa padanya, jika dia bertakwa. Dan kamu takutlah kepada Allah, dan ketahuilah bahwa kepada-Nya kamu akan dikumpulkan.

Allah beri toleransi percepatan laksanakan puasa dalam 2 hari, ataupun untuk yang melambatkannya.
Dan semuanya tidak jadi masalah, sepanjang dia bertakwa kepada Allah. Dan memang benar, toleransi 2 hari sudah cukup untuk memastikan penampakan hilal.

Demikianlah pemahaman saya tentang perbedaan awal puasa. Semua ini hanya pemikiran saya semata, dan saya tidak menutup diri jika ada pendapat lain.

Selamat berpuasa.

Salam,
Taufiq


Salamun alaikum,

Terima kasih kerana sudi menulis lagi, dan kali ini, kemukakan pendapat atas perbezaan tarikh awal puasa pula. Pendapat Pak Taufiq dialu-alukan sambil memohon maaf kerana tidak dapat menerbitkannya lebih awal lagi. Sebab gangguan kesihatan.

Perbezaan hari untuk tarikh 1hb bukan sahaja terdapat dengan sebuah kalendar kaum lain tetapi di kalangan negara Islam di dunia juga. Kekadang negeri yang berada di belakang kita didapati mendahului dalam menetapkan hari bagi permulaan puasa atau bagi permulaan Syawal. Selanjutnya, kami difahamkan tentang kewujudan mazhab dalam ilmu Islam untuk menentukan bila tarikh yang penting itu bermula.

Bagi tahun ini, menurut sebuah kalendar kaum lain, tanggal 1hb (Ramadan) jatuh pada hari Khamis 20 Ogos, iaitu 2 hari sebelum umat Islam di sini mula berpuasa. Bilangan hari mereka bagi bulan tersebut adalah 30 berbanding 29 yang akan dijalani oleh umat Islam. Pada tahun lepas bilangan hari mereka adalah 29 sementara bagi umat Islam 30. Dan kalau tidak silap 1hb mereka juga jatuh 2 hari lebih awal.

Perbezaan seperti itu masih berlaku sedangkan sama-sama berada di longitud yang agak sama, mungkin disebabkan faktor mazhab yang telah disebut. Seperkara lagi yang menarik perhatian kami ialah tanggal 15hb apabila bulan didapati mengambang sebulat-bulatnya, misalan hari ke-15 sambutan Tahun Baru ketika mereka meraikan suatu perayaan.

Lazimnya diterima iaitu bulan penuh berlaku pada hari ke-15. Justeru, sila perhatikan bentuk bulatan bulan pada 13 Ramadan ini yang bersamaan tanggal 15 menurut kalendar mereka. Dan bandingkan pula dengan bentuk bulan pada 15 Ramadan. Mungkin dengan cara ini, walaupun dengan mata kasar, dapat ditentukan kiraan siapakah lebih tepat.

Kiraan atau perhitungan dibuat, dan ia dimudahkan (bagi penyelidik atau kaum yang tahu) dengan Allah adakan pengkalan, bagi bulan dan juga matahari. Demikianlah dijelaskan-Nya melalui ayat berbunyi,

"Dia yang buatkan matahari satu sinaran, dan bulan satu cahaya, dan tetapkan ia dengan pengkalan-pengkalan, supaya kamu tahu bilangan tahun dan hitungan. Allah tidak ciptakan itu melainkan dengan benar; Dia jelaskan ayat-ayat bagi kaum yang tahu." (10:5)

Kaum yang tahu, pada hari ini, telah buat kiraan hingga, bukan sahaja kepada minit tetapi kepada saat, bila sesuatu kejadian mengenai bulan atau matahari akan berlaku, misalan gerhana bulan atau matahari. Apatah lagi mengenai yang lain seperti bila matahari atau bulan akan terbit.

 

Setelah menerima daripada kaum yang tahu tentang tanggal 1hb Ramadan, bolehkah dilewatkan sehari atau dua untuk mula berpuasa? Puasa diamalkan apabila berada dalam bulan tersebut, dan ia bermula dengan 1hb. Firman Tuhan,

"Bulan Ramadan yang padanya al-Qur'an diturunkan untuk menjadi satu petunjuk bagi manusia, dan sebagai bukti-bukti yang jelas daripada Petunjuk itu, dan Pembeza. Maka hendaklah orang-orang antara kamu yang menyaksikan (hadir) pada bulan itu, berpuasa;" (2:185)

Justeru, pada hemat kami, tanggal 1hb tidak seharusnya dilewatkan hingga 2 hari. Keadaan di sini tidak serupa dengan apa yang disebut mengenai amalan dalam Haji di atas. Malah, melambatkan dua hari di situ tidak bermaksud melambatkan tarikh 1hb hingga 2 hari kemudian, tetapi hanya melambatkan berangkat dari satu tempat ke tempat yang lain. Ini hanya pendapat kami, yang harus diketepikan jika silap, dan dikemukakan dengan tidak bertujuan menolak pendapat Pak Taufiq.

 

Akhir sekali, dengan apa yang dikatakan di sini, kami tidak bermaksud supaya umat tinggalkan tarikh awal puasa yang telah ditetapkan oleh pihak berkuasa, kerana hanya Allah yang hakimkan, tetapi hanya beri cadangan supaya tarikh dapat diseragamkan menurut kaum yang tahu yang bukan sahaja terdiri daripada orang bergelar Islam. Dengan itu kekalutan atau perselisihan dalam Islam mengenai tarikh mula berpuasa tidak dapat disaksikan lagi oleh orang-orang bukan Islam. Dan, paling utama, umat jadi satu dalam persaudaraan.

 

Allah disanjung!

 

Selamat meneruskan puasa. Salam.

 

25 Ogos 2009

Halaman Utama   Terkini   Perpustakaan   Artikel   Bacaan   E-Mail   Hiasan   Kalimat Pilihan
Keratan Akhbar   Penemuan   Soalan Lazim   Sudut Pelajar   Senarai Penulis   English Articles

Tulis kepada Pengurus Laman