Multi Tafsir & Pendapat

 

From: rajamaca
Date:
Fri, Jul 24, 2009 at 1:14 PM
Subject:
multi tafsir
To: ebacaan114@gmail.com


MULTI TAFSIR

Salam,

Terima kasih pada sahabat2  dan empunya laman ini diatas sumbangan pemikiran anda di dalam e-bacaan yang salah satu laman yang saya minati.Semuga empunya laman ini dan kita semua di bekati oleh Allah Persoalan ini  selalu berlegar di fikiran saya adalah

 Kenapa Tuhan turunkan kitab yang mempunyai multi tafsir?

Secara umumnya kitab ini tidak terbatas hanya pada Al Quran, tapi juga Injil dan Taurat. Seperti kita ketahui, Injil dan Taurat miliki berbagai versi terjemahan. Demikianlah pula Al Quran.
Al Quran meskipun dianggap sebagai kitab yang miliki teks arab yang nilai tinggi tata bahasanya, tapi pada output-nya tetap saja bersifat multi tafsir. Sangat tergantung dari pemahaman sang penafsir,yang dipengaruhi dari mazhab yang dia yakini, pemilihan hadist, atau mungkin latar belakang pendidikan.

Saya juga sering renungkan, bagaimana atau cara apa Allah mengendalikan jutaan pemikiran manusia didunia ini dalam usaha mereka memahami pesan yang ingin disampaikan-Nya?
Apakah kita hanya berserah diri dalam hal ini? Tentunya tidak!!!.Allah telah beri kita akal dan Al quran untuk rujukan.

Pendapat saya setelah merujuk pada Al Quran,ayat 3:7  mungkin ini adalah jawabannya.

Ayat Muhkamaat adalah induk dari Al Kitab. Pokok-pokok keterangan yang ingin disampaikanNya kepada seluruh manusia. Tapi untuk mengetahui yang mana yang dimaksud ayat Muhkamaat, perlu diketahui lanjutan dari ayat 3:7, yang berbicara tentang ayat Mutasyabihaat.

Perfahaman dari ayat 3:7 bahwa sifat dari ayat Mutasyabihaat(menurut pefahaman saya) adalah sifat yang dapat diperdebatkan (multi tafsir), bahkan boleh berakhir kepada pertikaian.

Oleh karena itu, sifat Ayat Muhkamaat  tentunya adalah ayat yang  bersifat sebaliknya, tidak diperdebatkan(multi tafsir) dan disetujui oleh semua orang.

Jadi yang bagaimana yang disebut ayat Muhkamaat itu?

Sampai saat ini, semua ayat yang berbicara tentang Ketuhanan,kerasulan dan Hari akhir (pembalasan) tidak pernah jadi bahan perdebatan dalaman sesama muslim. Setiap orang yang percaya, meyakini Tuhan yang satu,beramal saleh dan hari pembalasan, apapun madzhab-nya, bahkan apa pun 'agama'nya.

Mari kita melihat ayat berikut :

Ayat 2:62. Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja diantara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran kepada mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.

Ini adalah contoh diatas ayat Muhkamaat.(menurut perfahaman saya ) Ayat ini lah yang mengendalikan  isi penyatuan pemikiran setiap manusia yang percaya kepada Tuhan.

Allah hanya meminta beberapa syarat yang tidak pernah diperdebatkan (oleh sesama muslim atau umat beragama) untuk meyakinkan manusia bahwa mereka akan menerima pahala, tidak ada kekhawatiran dan tidak pula bersedih hati, yakni :

- Percaya kepada Allah yang satu
- Percaya akan adanya hari akhir yakni balasan baik atau buruk.
- Dan kerjakan kebaikan (beramal saleh)

oleh itu  kira cukup mudah untuk membedakan mana yang muhkamaat dan mana yang mutasyabihaat.

Jadi kesimpulan yang kita dapati saat ini, mutasyabihaat adalah semua ayat yang bukan muhkamaat dan sifatnya boleh memicu kearah  perdebatan atau berhujah atas dasar ayat ayat multi tafsir tersebut.

Permasalahan sekarang, apakah sifat  multi-tafsir itu salah?


Untuk merungkai permasalahan tersebut mari lah kita merujuk kembali ayat 3:7

Ayat 3:7 menegaskan bahwa interpretasi untuk mutlak ayat ayat Mutasyabihaat hanya diketahui oleh Allah sahaja dan ini berarti kebenaran mutlak hanya dariNya dan tidak ada seseorang manusia pun yang mampu mengetahui nya.

Apakah ini berarti kita harus menyerah saja dalam hal menyikapi ayat2 mutsyabihaat? 

Tentu tidak!! karena pengajaran telah diberikan oleh Allah dalam ayat 39:18 adalah jika kita inginkan interpretasi( mutlak)



Ayat 39:18. yang mendengarkan perkataan lalu ikut apa yang paling baik di antaranya. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk dan mereka itulah orang-orang empunya akal.

Kita hanya diminta Oleh Allah untuk ikut apa yang paling baik. Yang paling baik menurut kita, belum tentu paling baik menurut orang lain. Tapi itu bukanlah masalah utama. Ketakwaan adalah yang utama. Komitment kita pada apa yang sudah kita yakini, itulah yang utama.

Akhirnya terjawab sudah masalah kitab multi tafsir ini, dan dengannya kita berusaha seboleh mungkin menghindari pertikaian, karena kita yakin, penafsiran kita pun bukanlah hal yang mutlak. Dan karenanya,kita hanya berusaha berkomitmen terhadap apa yang kita yakini.

Allah Bijakasana dan Adil.

Salam 
 

Salamun alaikum,

Terima kasih saudara rajamaca  kerana sudi menulis kepada kami untuk kemukakan pendapat, yang pada hemat kami, akan disambut baik oleh para pembaca.

Kami suka (juga) apabila ayat 39:18 disebut. Ayat menyuruh mendengar semua pendapat dan ikut yang difikirkan paling baik. Dalam buat demikian terdapat pula pendapat yang tidak jadi ikutan, misal yang tidak diterima akal.

Ayat berkenaan turut menunjukkan kepada orang yang beri pendapatnya, iaitu pendapat yang harus didengar.

Justeru, amalan beri dan mendengar pendapat seolah jadi suruhan Allah. Demikianlah itu kerana ia (pendapat) merupakan suatu saluran yang diguna oleh Allah untuk beri petunjuk kepada hamba-Nya yang menggunakan akal.

Sekian serba sedikit mengenai pendapat daripada kami. Ia diilhamkan daripada ayat yang disebut-sebut tadi, berbunyi,

"Yang mendengar ucapan, dan ikut yang paling baik daripadanya, mereka itulah orang-orang yang Allah beri petunjuk kepada mereka; mereka itu, merekalah orang-orang empunya minda." (39:18)


Salam.

25 Julai 2009

Halaman Utama   Terkini   Perpustakaan   Artikel   Bacaan   E-Mail   Hiasan   Kalimat Pilihan
Keratan Akhbar   Penemuan   Soalan Lazim   Sudut Pelajar   Senarai Penulis   English Articles

Tulis kepada Pengurus Laman