Kartun Menghina Nabi
From: Mohammad Taufiq
To: e_bacaan@yahoo.com
Sent: Saturday, December 6, 2008 4:08:57 PM
Subject: Kartun yang menghina Nabi Muhammad
Salam,saya coba sampaikan apa yang jadi pemikiran saya soal kartun yang menghina nabi tersebut:
Dimulai dari ayat berikut:
66:1. Hai Nabi, mengapa kamu haramkan apa yang Allah halalkan bagimu; kamu mencari kesenangan hati isteri-isterimu? Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang
Saya coba cari pendapat yang beredar tentang ayat tersebut di atas:
-------------------------------------------------------------
Versi kartun penghina Nabi:
Inilah yang ditulis Ibn Saad dalam “Tabaqat” Waqidi has informed us that Abu Bakr has narrated that the messenger of Allah (PBUH) had sexual intercourse with Maria in the house of Hafsa.. She told the prophet, O Messenger of Allah, do you do this in my house and during my turn? The messenger said, control yourself and let me go because I make her haram to me. Hafsa said, I do not accept, unless you swear for me. That Hazrat (his holiness) said, by Allah I will not contact her again. [Tabaqat v. 8 p.223 Publisher Entesharat-e Farhang va ndisheh Tehran 1382 solar h ( 2003) Translator Dr. Mohammad Mahdavi Damghani]
Terjemahan:
Waqidi telah menulis bahwa Abu Bakr mengisahkan bahwa Rasul Allah berhubungan seks dengan Maria di rumah Hafsa. Hafsa lalu berkata pada Rasul Allah, ‘Kau lakukan hal ini di rumahku, di saat giliranku?’ Sang Rasul Allah berkata, ‘Tenangkan dirimu dan jangan cela aku sebab aku telah buat dia (Maria) haram bagiku. Hafsa berkata, ‘Aku tidak percaya, kecuali kau bersumpah padaku.’ Maka sang Hazrat (nabi suci) berkata, ‘Demi Allah, aku tidak akan menyentuh dia lagi.’
----------------------------------------------------------------
Versi Ulama, sempat disinggung pada catatan kaki tafsir Al Quran Depag RI:
Bahwa Nabi shalallahu alaihi wasallam berada di rumah Zainab binti Jahsy, lalu di sana beliau meminum madu. Kemudian aku dan Hafshah bersepakat, siapa pun di antara kami berdua yang ditemui Nabi saw. ia harus mengatakan kepada beliau: Sesungguhnya aku mencium bau maghafir (pohon bergetah yang rasanya manis tapi berbau tidak sedap) darimu, apakah engkau telah memakannya?
Kemudian beliau menemui salah seorang dari kami, dan segera melontarkan pertanyaan tersebut kepada beliau. Beliau menjawab: Tidak! Tetapi aku baru saja meminum madu di rumah Zainab binti Jahsy. Aku tidak akan mengulanginya lagi. Maka turunlah firman Allah: Mengapa kamu mengharamkan apa yang dihalalkan Allah kepadamu sampai firman-Nya: Jika kamu berdua bertobat, yaitu Aisyah ra. dan Hafshah. Sedang firman Allah: Dan ingatlah ketika Nabi membicarakan secara rahasia kepada salah seorang dari istri-istrinya (Hafshah) tentang suatu peristiwa ialah berkenaan dengan sabda beliau: Melainkan aku baru saja meminum madu
(hadits riwayat Muslim diriwayatkan oleh Aisyah)
--------------------------------------------------------------------------Bagaimana dengan Al Quran?
Baiknya kita lempar satu pertanyaan dulu:
'Apa sih yang dihalalkan Allah yang kira-kira bisa buat sedih istri nabi? (Lawan kalimat dari mengharamkan sesuatu agar bisa menyenangkan hati istri)
Saya temukan ayat-ayat berikut di Al Quran digital dengan keyword " hai nabi," yang kiranya mendekati dengan pernyataan 66:1
33:50. Hai Nabi, sesungguhnya Kami telah halalkan bagimu isteri-isterimu yang telah kamu berikan mas kawinnya dan hamba sahaya yang kamu miliki yang termasuk apa yang kamu peroleh dalam peperangan yang dikaruniakan Allah untukmu, dan (demikian pula) anak-anak perempuan dari saudara laki-laki bapakmu, anak-anak perempuan dari saudara perempuan bapakmu, anak-anak perempuan dari saudara laki-laki ibumu dan anak-anak perempuan dari saudara perempuan ibumu yang turut hijrah bersama kamu dan perempuan mukmin yang serah dirinya kepada Nabi kalau Nabi mau mengawininya, sebagai pengkhususan bagimu, bukan untuk semua orang mukmin. Sesungguhnya Kami telah mengetahui apa yang Kami wajibkan kepada mereka tentang isteri-isteri mereka dan hamba sahaya yang mereka miliki supaya tidak jadi kesempitan bagimu. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
dan ayat berikut:
33:37. Dan (ingatlah), ketika kamu berkata kepada orang yang Allah telah melimpahkan nikmat kepadanya dan kamu (juga) telah beri nikmat kepadanya: "Tahanlah terus isterimu dan bertakwalah kepada Allah", sedang kamu sembunyikan di dalam hatimu apa yang Allah akan menyatakannya, dan kamu takut kepada manusia, sedang Allah-lah yang lebih berhak untuk kamu takuti. Maka tatkala (anak angkatnya) telah mengakhiri keperluan terhadap istrinya (menceraikannya), Kami kawinkan kamu dengan dia supaya tidak ada keberatan bagi orang mukmin untuk (mengawini) isteri-isteri anak-anak angkat mereka, apabila anak-anak angkat itu telah menyelesaikan keperluannya daripada isterinya. Dan adalah ketetapan Allah itu pasti terjadi.
Ayat 33: 50 berbicara tentang PENGKHUSUSAN HUKUM PERKAWINAN Nabi, bukan untuk semua Mukmin. Ayat ini perkecualian dari ayat 4:23-24. Ayat ini hanya menambah kriteria wanita yang bisa dikawini nabi, yakni sepupu-sepupunya.
Ayat 33:37 adalah ayat yang berat, berisi ketetapan Allah, tentang hukum sahnya menikahi mantan istri anak angkat. Dan terlihat dari ayat tersebut, nabi sangat berat menjalankan ketetapan tersebut, sampai berani mengingkari Allah, yakni beliau lebih takut sorotan manusia daripada menjalankan ketetapan Allah. Ayat ini adalah yang paling pas mewakili apa yang diharamkan Nabi padahal Allah telah menghalalkannya (Nabi mengharamkan menikahi mantan istri anak angkat, sedangkan Allah menghalalkannya, akhirnya Allah mengawinkan Nabi dengan mantan istri anak angkatnya, supaya jadi contoh buat orang-orang yang beriman).
Sekarang kita lanjutkan ke ayat berikutnya:
66:2. Sesungguhnya Allah telah mewajibkan kepadamu sekalian membebaskan diri dari sumpahmu dan Allah adalah Pelindungmu dan Dia Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
Nabi terlihat bahkan bersumpah. Oleh Allah, disuruh untuk melanggar sumpahnya.
66:3. Dan ingatlah ketika Nabi membicarakan secara rahasia kepada salah seorang isterinya (Hafsah) suatu peristiwa. Maka tatkala (Hafsah) ceritakan peristiwa itu (kepada Aisyah) dan Allah beritahukan hal itu (bicara Hafsah dan Aisyah) kepada Muhammad lalu Muhammad beritahukan sebagian (yang diberitakan Allah kepadanya) dan sembunyikan sebagian yang lain (kepada Hafsah). Maka tatkala (Muhammad) beritahukan bicara (antara Hafsah dan Aisyah) lalu (Hafsah) bertanya: "Siapakah yang telah beritahukan hal ini kepadamu?" Nabi menjawab: "Telah diberitahukan kepadaku oleh Allah yang Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal."
Ayat di atas adalah pangkal dari fitnah Kartun Nabi. Andil dari hadis cukup besar, karena tafsiran di atas menyertakan nama pelaku (Hafsah dan Aisyah yang berasal dari hadis) padahal Allah adalah maha tahu, Allah tentunya tidak terlupa untuk menuliskan nama pelaku sekiranya dia memang hendak.
Saya coba tulis ulang ayat di atas dengan keluarkan asumsi hadis termasuk kata 'peristiwa' yang saya ganti jadi kata hadis (perkataan), sesuai dengan ayat bahasa arabnya:
66:3. Dan ingatlah ketika Nabi membicarakan secara rahasia kepada salah seorang isterinya suatu hadis (perkataan). Maka (istrinya itu) ceritakan peristiwa itu (kepada seseorang) dan Allah beritahukan hal itu kepada Muhammad lalu Muhammad beritahukan sebagian dan sembunyikan sebagian yang lain . Maka tatkala (Muhammad) beritahukan bicara lalu (Istrinya itu) bertanya: "Siapakah yang telah beritahukan hal ini kepadamu?" Nabi menjawab: "Telah diberitahukan kepadaku oleh Allah yang Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal."
Ayat 66:3 berbicara tentang 33:37. Sebelum mencoba menafsirkan 66:3, kita uraikan dulu 33:37
33:37. Dan ketika kamu berkata kepada orang yang Allah telah melimpahkan nikmat kepadanya dan kamu (juga) telah beri nikmat kepadanya: "Tahanlah terus isterimu dan bertakwalah kepada Allah", sedang kamu sembunyikan di dalam hatimu apa yang Allah akan menyatakannya, dan kamu takut kepada manusia, sedang Allah-lah yang lebih berhak untuk kamu takuti. Maka tatkala (anak angkatnya) telah mengakhiri keperluan terhadap istrinya (menceraikannya), Kami kawinkan kamu dengan dia supaya tidak ada keberatan bagi orang mukmin untuk (mengawini) isteri-isteri anak-anak angkat mereka, apabila anak-anak angkat itu telah menyelesaikan keperluannya daripada isterinya. Dan adalah ketetapan Allah itu pasti terjadi.
Nabi pada ayat di atas, sudah tahu, bahwa dalam rangka mensosialisasikan hukum "Sahnya menikahi mantan istri anak angkat", Dia akan dinikahkan oleh Allah dengan mantan istri anak angkatnya. Hal ini sungguh suatu hal yang berat buat Nabi. Sampai-sampai beliau sembunyikan ketetapan Allah tersebut, dan berkata kepada anak angkatnya: "Tahanlah terus isterimu dan bertakwalah kepada Allah".
Sampai disini saya sebetulnya sudah yakin bahwa ayat inilah yang dimaksud oleh 66:1. Tapi biar lebih yakin saya coba tafsirkan ayat 66:3. Tafsir saya dibuat dalam < >
-------------------------------------------------------------------66:3. Dan ingatlah ketika Nabi membicarakan secara rahasia kepada salah seorang isterinya suatu perkataan <sesuatu yang disembunyikan nabi dalam ayat 33:37>. Maka (istrinya itu) ceritakan peristiwa itu <kepada seseorang> dan Allah beritahukan hal itu kepada Muhammad <tentang pembocoran rahasia itu> lalu Muhammad beritahukan sebagian <yakni: perkataannya kepada anak angkatnya "Tahanlah terus istrimu", tentang nabi yang tidak mau menikahi istri anak angkatnya, untuk menyenangkan hati istrinya> dan sembunyikan sebagian yang lain <wahyu Allah bahwa dia boleh menikah dengan mantan istri anak angkatnya> . Maka tatkala (Muhammad) mengkonfirmasikan bicara <Akhirnya nabi sampaikan semuanya, seluruh isi 33:37>lalu (Istrinya itu) bertanya: "Siapakah yang telah beritahukan hal ini kepadamu?" Nabi menjawab: "Telah diberitahukan kepadaku oleh Allah yang Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal."
------------------------------------------------------------------
Nabi kita Muhammad, mengemban tugas yang sangat berat dari Allah. Supaya jadi contoh ketetapan Allah bahwasanya umat mukmin bisa menikahi mantan istri anak angkatnya. Sangat wajar jika Nabi sangat malu jika ada orang yang datang bertamu berlama-lama di rumahnya. Beliau takut akan gunjingan manusia, bergunjing tentang pernikahannya dengan mantan istri anak angkatnya. Perhatikan ayat berikut:
33:53. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu masukrumah-rumah Nabi kecuali bila kamu diizinkan untuk makan dengan tidak menunggu-nunggu waktu masak (makanannya), tetapi jika kamu diseru (diundang) maka masuklah dan bila kamu selesai makan, keluarlah kamu tanpa asyik memperpanjang percakapan. Sesungguhnya yang demikian itu akan mengganggu Nabi lalu Nabi malu kepadamu (untuk suruh kamu keluar), dan Allah tidak malu (menerangkan) yang benar. Apabila kamu meminta sesuatu (keperluan) kepada mereka (isteri- isteri Nabi), maka mintalah dari belakang tabir. Cara yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka. Dan tidak boleh kamu menyakiti (hati) Rasulullah dan tidak (pula) mengawini isteri- isterinya selama-lamanya sesudah ia wafat. Sesungguhnya perbuatan itu adalah amat besar (dosanya) di sisi Allah.
Meskipun Allah berkali-kali menjelaskan dalam Al Quran bahwa anak angkat tidaklah sama dengan anak kandung.
-----------------------------------------------------
33:4. ................................dan Dia tidak jadikan anak-anak angkatmu sebagai anak kandungmu (sendiri). Yang demikian itu hanyalah perkataanmu dimulutmu saja. Dan Allah mengatakan yang sebenarnya dan Dia tunjukkan jalan (yang benar).
33:5. Panggilah mereka (anak-anak angkat itu) dengan (memakai) nama bapak-bapak mereka; itulah yang lebih adil pada sisi Allah, dan jika kamu tidak tahu bapak-bapak mereka, maka (panggilah mereka sebagai) saudara-saudaramu seagama dan maula-maulamu. Dan tidak ada dosa atasmu terhadap apa yang kamu khilaf padanya, tetapi (yang ada dosanya) apa yang disengaja oleh hatimu. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
33:40. Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu (maksudnya anak angkatnya itu), tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.
------------------------------------------------------------
Suatu tugas yang berat, menjalankan ketetapan Allah, menikahi mantan istri anak angkatnya sendiri, dengan taruhan gunjingan orang, bahkan nabi sendiri pun tidak inginkannya. Akhirnya saya paham kenapa Nabi sampai mengingkari perintah Allah. Saya pun yakin Nabi Muhammad bukan maniak sex seperti yang difitnahkan orang-orang.
Alhamdulillah, Allah beri keringanan buat nabi untuk tidak berlaku adil dalam menafkahi secara batiniah (kebutuhan sex) para istrinya. Nabi bebas menggauli siapa yang diinginkannya, dan siapa yang tidak diinginkannya.
33:51. Kamu boleh tangguhkan menggauli siapa yang kamu hendaki di antara mereka (isteri-isterimu) dan (boleh pula) menggauli siapa yang kamu hendaki. Dan siapa-siapa yang kamu ingini untuk menggaulinya kembali dari perempuan yang telah kamu cerai, maka tidak ada dosa bagimu. Yang demikian itu adalah lebih dekat untuk ketenangan hati mereka, dan mereka tidak merasa sedih, dan semuanya rela dengan apa yang telah kamu berikan kepada mereka. Dan Allah tahu apa yang (tersimpan) dalam hatimu. Dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Penyantun.
Bahkan nafkah lahiriah istri-Istri Nabi ditanggung langsung oleh Allah.
65:3. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah laksanakan urusan yang (dihendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah adakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.
Akhir kata, kebenaran sempurna hanya milik Allah, Saya mohon maaf jika ada kata-kata/tafsiran yang khilaf. Tapi paling tidak, disaat ada orang yang mengatakan Rasulullah Muhammad yang saya cintai adalah seorang maniak Sex, saya akan selalu ingat penderitaan beliau menentang ketetapan Allah, demi menghindari sorotan manusia, Walaupun itu salah..
Salam,
Taufiq
Salamun alaikum,
Terima kasih saudara MT (harap tidak mengapa singkatan ini kami gunakan). Saudara didapati sangat rajin mengkaji al-Qur'an, dan kemudian berkongsi pula hasil kajian dengan kita semua.
Perkara yang difikirkan itu sungguh menarik, iaitu seks, khususnya seks isteri Nabi. Fikiran dinyalakan oleh kartun menghina Nabi Muhammad dan diterangkan lagi dengan hadis Nabi. Kemudian ia dikaji dan diuji dengan cahaya daripada Allah, ayat-ayat al-Qur'an. Hasilnya satu kertas yang agak panjang.
Izinkan kami buat ulasan kepada kandungan kertas tersebut supaya dapat diketahui tahap kefahaman kami terhadapnya. Sila betulkan jika kami silap.
MT memulakan dengan ayat berbunyi "Hai Nabi, mengapa kamu mengharamkan apa yang Allah halalkan bagimu; kamu mencari kesenangan hati isteri-isterimu? Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."
Jika tidak keberatan, kami turunkan terjemahan Bacaan bagi ayat yang sama:
"Wahai Nabi, mengapa kamu haramkan apa yang Allah halalkan bagi kamu, untuk mencari kepuasan hati isteri-isteri kamu? Dan Allah Pengampun, Pengasih." (66:1)
Maksudnya, bagi kami, adalah jelas dengan sendirinya, iaitu Nabi ditanya mengapa baginda mengharamkan yang halal supaya isteri-isterinya jadi gembira.
Bagi MT pula, maksud ayat 66:1 diterbalikkan untuk mencapai matlamatnya dengan kenyataan berikut:
'Apa sih yang dihalalkan Allah yang kira-kira bisa buat sedih istri nabi? (Lawan kalimat dari mengharamkan sesuatu agar bisa menyenangkan hati istri)
Dengan itu MT mengandaikan bahawa yang dihalalkan Allah ialah kahwini bekas isteri anak angkat yang buat isteri-isteri Nabi sedih. Beliau meneruskan catatan mengenai peristiwa itu dengan menulis seperti berikut:
Suatu tugas yang berat, menjalankan ketetapan Allah, menikahi mantan istri anak angkatnya sendiri, dengan taruhan gunjingan orang, bahkan nabi sendiri pun tidak inginkannya. Akhirnya saya paham kenapa Nabi sampai mengingkari perintah Allah. Saya pun yakin Nabi Muhammad bukan maniak sex seperti yang difitnahkan orang-orang.
Catatannya diteruskan dengan kenyataan di bawah:
Alhamdulillah, Allah beri keringanan buat nabi untuk tidak berlaku adil dalam menafkahi secara batiniah (kebutuhan sex) para istrinya. Nabi bebas menggauli siapa yang diinginkannya, dan siapa yang tidak diinginkannya.
Demikianlah adalah tafsirannya bagi ayat kedua (66:2) berbunyi,
"Allah menetapkan bagi kamu pembebasan daripada sumpah-sumpah kamu. Allah Pelindung kamu, dan Dia Yang Mengetahui, Yang Bijaksana."
Ayat pertama menyebut tentang pengharaman yang dibuat Nabi supaya isteri-isterinya gembira. Pengharaman itu merupakan sumpah yang Allah bebaskan, bermakna Nabi tidak terikat dengannya lagi, menurut ayat kedua.
Mengikut MT pula, pengharaman itu adalah keengganan Nabi kahwini bekas isteri anak angkat supaya isteri-isterinya gembira. Dan ayat kedua membebaskan Nabi supaya bebas memilih mana-mana isterinya untuk memuaskan "kebutuhan sex" mereka. Agak menggelirukan kan?
Cuba renungkan sekali lagi. Tidakkah ia bermaksud bahawa kegembiraan/kesedihan para isteri Nabi adalah atas kebutuhan sex mereka?
Untuk kukuhkan tafsirannya ke atas ayat 66:2, MT turunkan ayat berikut (perkataan berwarna ungu adalah interpolasi daripada kami dilakukan untuk ketegasan - maaf):
33:51. Kamu boleh tangguhkan menggauli siapa yang kamu hendaki di antara mereka (isteri-isterimu) dan (boleh pula) menggauli siapa yang kamu hendaki. Dan siapa-siapa yang kamu ingini untuk menggaulinya kembali dari perempuan yang telah kamu cerai, maka tidak ada dosa bagimu. Yang demikian itu adalah lebih dekat untuk ketenangan hati mereka, dan mereka tidak merasa sedih, dan semuanya rela dengan apa yang telah kamu berikan kepada mereka. Dan Allah tahu apa yang (tersimpan) dalam hatimu. Dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Penyantun.
MT maksudkan perkataan menggauli kepada seks. Jika demikian, sila perhatikan kepada yang ketiga, menggaulinya, yang terdapat pada ayat berbunyi "Dan siapa-siapa yang kamu ingini untuk menggaulinya kembali dari perempuan yang telah kamu cerai, maka tidak ada dosa bagimu."
Bukankah maksud yang difikirkannya seolah Nabi dihalalkan Allah "meng-sex" isterinya yang sudah diceraikan? Jika itu ertinya maka terdapat satu lagi kartun yang hadir di sini!
Izinkan kami sekali lagi memetik daripada Bacaan. Kali ini ayat yang baru disebut pula, tetapi sebelum itu diturunkan ayat yang mendahului (33:50) untuk mengetahui maksud sebenar ayat tadi:
"Wahai Nabi, Kami telah halalkan untuk kamu isteri-isteri kamu yang kamu sudah beri upah mereka, dan apa yang tangan kanan kamu miliki, yang Allah beri kamu (rampasan perang), dan anak-anak perempuan bapa-bapa saudara kamu sebelah bapa kamu, dan anak-anak perempuan emak-emak saudara sebelah bapa, dan anak-anak perempuan bapa-bapa saudara kamu sebelah ibu, dan anak-anak perempuan emak-emak saudara sebelah ibu yang hijrah bersama kamu, dan mana-mana perempuan yang mukmin, jika dia serah dirinya kepada Nabi dan jika Nabi hendak kahwininya, yang untuk kamu khasnya, bukan untuk orang-orang mukmin yang lain - Kami tahu apa yang Kami tetapkan kepada mereka, berkenaan isteri-isteri mereka dan apa yang tangan-tangan kanan mereka miliki - supaya tidak ada kesalahan ke atas kamu; Allah Pengampun, Pengasih." (33:50)
"Kamu tangguhkan siapa yang kamu hendaki antara mereka, dan siapa yang kamu hendaki, kamu ambil kepada kamu; dan jika kamu ingini sesiapa yang kamu sudah lepaskan, maka tidak salah ke atas kamu. Demikianlah itu boleh jadi mereka gembira, dan tidak sedih, dan masing-masing mereka akan sangat puas hati dengan apa yang kamu beri kepadanya. Allah tahu apa yang di dalam hati kamu; Allah Mengetahui, Penyantun." (33:51)
Kami berpendapat ayat yang mendahului menyenaraikan perempuan-perempuan yang dihalalkan jadi isteri Nabi asal saja baginda beri mereka upah (mas kahwin).
Dan ayat yang kemudian (33:51), beri kebebasan kepada Nabi untuk mengambil atau menolak mana-mana antara mereka untuk dijadikan isteri. Baginda juga diberi pilihan untuk mengambil balik perempuan yang sudah diceraikannya (sebagai isteri) supaya mereka bergembira.
Jika begitu, pada hemat kami, ayat tersebut tidak ada kaitan langsung dengan seks, baik seks Nabi mahu pun "kebutuhan sex" para isterinya. Mengapa harus fikir tentang seks, seperti penulis hadis?
Kami berhenti sebentar mengulas tentang karangan MT di atas. Andaikata kami betul, maka gugurlah segala andaian yang dibuat dalam kajian MT. Dan sebaliknya, jika kami silap, bukan sahaja segala yang kami hujahkan gugur, malah ditambah dengan mohon ampun dan maaf.
Hujah diteruskan atas hal lain pula. MT didapati gemar buat andaian. Dalam sebuah karangan lain, perkataan "kiblat" difikirkannya "Kitab". Contoh ayat yang membawa pemikirannya berbunyi,
"Namun begitu, jika kamu datangkan kepada orang-orang diberi al-Kitab tiap-tiap ayat, mereka tidak akan ikut kiblat kamu; kamu bukanlah pengikut kiblat mereka, dan bukanlah mereka pengikut-pengikut kiblat satu sama lain. Jika kamu ikut keinginan mereka setelah pengetahuan datang kepada kamu, sungguh, kamu termasuk orang-orang zalim." (2:145)
Kiblat kamu, pada pemikirannya ialah al-Qur'an, dan kiblat mereka ialah Taurat dan Injil. Walhal, perkara berkenaan baru diterbitkan di laman web ini berserta ayat-ayat yang mengandungi kalimat kiblat. Antara ayat-ayat dimaksudkan ialah:
"Kami lihat kamu membalik-balikkan wajah (muka) kamu ke langit; sungguh Kami akan palingkan kamu kepada kiblat yang kamu puas hati. Maka palingkanlah muka kamu ke arah Masjidil Haram; dan di mana sahaja kamu berada, palingkanlah muka kamu ke arahnya. orang-orang diberi al-Kitab tahu bahawa itu adalah yang benar daripada Pemelihara mereka; Allah tidak lalai daripada apa yang mereka kerjakan." (2:144)
Ayat muhkamat lagi jelas ini beri petunjuk kepada kiblat iaitu Masjidil Haram. Bagaimana pemikiran MT mengheretnya kepada al-Qur'an jadi tanda tanya.
Sayugia ditegaskan di sini bahawa sesungguhnya kami tidak mengatakan MT bersalah, dan kami betul, kerana kedua-dua pihak sedang mencari kebenaran, tetapi hanya menyatakan bahawa dalam mencari kebenaran, pendekatan kami dengannya berbeza. Perbezaan sebegini tidak kami terbitkan karangannya di laman web. Maaf.
Tidak terlupa dengan tajuk di atas, iaitu kartun Nabi. MT berfikiran bahawa kartun tersebut sengaja diterbitkan atas seks Nabi. Mungkin betul. Tetapi yang disiarkan melalui akhbar adalah:
Lukisan-lukisan menggambarkan Nabi sebagai seorang teroris, dan satu daripadanya menunjukkan sarban baginda berbentuk sebutir bom.
Sila rujuk Kartun Mempersendakan Nabi. Terima kasih.
Sekiranya kami ditanya tentang ayat 66:1 tadi, jawapannya hanya bahawa Nabi sendiri buat kesilapan yang agak besar kerana bercangkuk hal halal dan haram, di samping menunjukkan baginda seorang yang menyayangi isteri-isterinya, sehingga sanggup mengharamkan yang halal. Ia turut menunjukkan Nabi sebagai seorang manusia biasa yang tidak terlepas daripada kesilapan. Mungkin ada, atau tentu ada, penjelasan yang lebih baik daripada apa yang kami dapat fikirkan.
Sebelum undurkan diri kami memohon maaf kepada MT dan mana-mana pihak yang tersinggung dengan coretan kami kali ini.
Salam.
Hari ini Hari Raya Haji?
8 Dis 2008
Halaman Utama
Terkini Perpustakaan
Artikel Bacaan
E-Mail
Hiasan
Kalimat Pilihan
Keratan Akhbar
Penemuan
Soalan Lazim
Sudut Pelajar
Senarai Penulis
English
Articles
Tulis kepada Pengurus
Laman